Sunday, August 6, 2017

Fungsi Dan Klasifikasi Tongkonan Dalam Kehidupan Masyarakat Toraja

Di Toraja rumah memiliki klasifikasi yang berbeda untuk setiap status sosial pemiliknya disamping itu rumah juga memiliki peranan tergantung dari struktur sosial masyarakat dalam suatu wilayah adat. Rumah  dibedakan atas rumah pribadi, dan rumah kepunyaan rumpun keluarga yang disebut Tongkonan Rumah Tongkonan ini memiliki status sosial di dalam masyarakat yang ditentukan oleh pendirinya. Tongkonan yang didirikan oleh seorang pemberani maka akan bergelar tongkonan anak patalo, jika seseorang memegang fungsi adat maka tongkonan tersebut bergelar tongkonan to parengnge'.

Keturunan dari pendiri tongkonan akan memegang fungsi adat secara turun temurun berdasarkan hal tersebut maka rumah tongkonan dibedakan atas :

  1. Tongkonan Ma'dandan yaitu tongkonan kepunyaan orang banyak orang yang bukan pewaris suatu  fungsi adat. Salah satu tongkonan Ma'dandan yang diakui sebagai kepunyaan seluruh orang Toraja, terletak di Tiang dekat kota Enrekang dan merupakan tongkonan leluhur orang Toraja yang bernama Pong Mula Tau (manusia pertama). Tongkonan Ma'dandan di Tiang ini tetap disebut namanya dalam upacara kematian saat diadakan pembagian daging terhadap tongkonan yang disebut Massali Padang.
  2. Tongkonan To Parengnge yaitu tongkonan dewan adat dalam suatu desa, ini terdapat lebih dari dua tongkonan dalam suatu desa.
  3. Tongkonan To Bara', yaitu tongkonan kepunyaan ketua adat pada suatu desa atau bua'.
  4. Tongkonan Kasalle yaitu tongkonan kepunyaan anggota adat tertinggi dibawah penguasa tertinggi dalam suatu daerah/desa.
  5. Tongkonan Layuk yaitu kepunyaan penguasa adat teringgi  di daerah ini adalah Tongkonan Layuk Kaero di Sangalla'.

TONGKONAN LAYUK

Tongkonan Layuk yang dikenal oleh masyarakat Toraja dan sekitarnya adalah Tongkonan Layuk Kaero karena dari sini banyak muncul raja-raja yang mengembara ke daerah lain di sekitar Sulawesi Selatan. Salah satunya adalah Puang Lakipadada yang kemudian mengembara ke kerajaan Gowa dan kawin dengan putri raja dan mempunyai tiga orang anak, yaitu : Puang Pattala Merang Menetap di Kerajaan Gowa, Puang Pattala Bantan kembali ke Tondok Lepongan Bulan dan menetap di Tongkonan Layuk di Kaero), Puang Pattala Bunga yang menikah dengan putri Raja Luwu-Palopo.

Dalam perkembangan politik dan sosial selanjutnya di Tondok Lepongan Bulan Tana Matarik Allo terjadi kesalahpahaman antara Puang Bullu Matua dari Tongkonan Pantan di Makale dengan Puang Tempang dan Tangdiara yang berkedudukan di Tongkonan Layuk Kaero. Dalam perselisihan tersebu peperangan tidak dapat dihindari, Sangalla kalah dan Tongkonan Layuk dikuasai oleh Puang Bullu Matua.

Puang Tempang da Puang Tandiara yang kalah dalam perang pindah bersama pengikutnya ke Bajo/Marinding di wilayah Luwu (Palopo Selatan). Di dalam perjalanan mereka melewati daerah Pantilang dan Raya dan mereka disambut baik oleh penduduk setempat. Setelah memasuki daerah Rante Balla mereka mendapat perlawanan dari masyarakat setempat dan dalam peperangan ini Puang Tempang bersama pengikutnya membumihanguskan dan mengalahkan daerah tersebut. Oleh karena itu daerah ini diberi nama Rante Balla dan selanjutnya  beliau melanjutkan perjalanannya ke Bajo (Palopo Selatan).

Sebagai upaya untuk mengisi kekosongan pemerintahan dan penguasa adat pada saat itu, maka Puang Tempang dan Tandiara digatikan oleh sepupunya Puang Datu Baine yang juga istri dari Puang Bullu Matua. Oleh karena itu Tongkonan Layuk bergelar Tongkonan Datu Baine. Sepeninggal Datu Baine, digantikan oleh suaminya Puang Bullu Matua yang kemudian membagi daerah kebangsawaanan yang bergelar Tondok Kabusungan menjadi tiga federasi tetapi tetap satu wilayah adat dan budaya yang disebut Tallu Lembangna meliputi Mengkendek yang bergelar Basse Adinna, Sangalla bergelar Basse Tangngana, dan Makale bergelar Basse Kakanna. Hal itu dilakukan sebagai upaya menghindari terjadinya peperangan antara saudara di wilayah ini.
Munculnya dan pusat pemerintahan di Palodang adalah Tongkonan Layuk Kaero yang bergelar Tongkonan To Kabarrean Alloan To Nakalindo Bulanan.

Tongkonan Bangsawan tertinggi bagaikan pancaran sinar matahari, sebagai sumber energi bagi kehidupan serta terang bagaikan cahaya bulan dalam mengayomi dan membimbing masyarakat 

Artikel Terkait


EmoticonEmoticon