Wednesday, February 7, 2018

Londe Merupakan Salah Satu Sastra Toraja Berupa Pantun Yang Berbalasan

londe
Londe

Londe merupakan salah satu jenis Sastra Toraja yang dipakai untuk mencurahkan isi hati kepada seseorang. Melalui londe seseorang mengungkapkan keinginan, pujian, atau kritik yang menghendaki jawaban dari pihak yang dikritik dengan balasan londe juga.

Londe hampir sama dengan pantun yang dikenal dalam bahasa Indonesia hanya saja londe tidak memiliki sampiran seperti pantun.

Ada beberapa jenis Londe diantaranya : londe tomangngura, londe pa'pakilala, dan  londe tosisala lan tananan dapo'.

Contoh londe :

1. Bunga melo lan te pa'lak // bunga pukkini'-kini // kupiang-piang // laku padio kaleku.
2. Danga-danga tu mutiro // massangna bunga-bunga // tae' susinna // kedipake melo.
3. Sadiamo suke sura' // suke dia'ga a'ga // inanna bunga // torroan danga danga
4. Ia bangri ku kataku' // na pokarrang bulungku // kemalayumo' // ammu sorong boko'mo
5. Patonganni kada londong // manuk melo sissikna // pemali ade' // keunoni ballei
6. Piranmo allu' na pasa' // dantianna tammuan // anta sitammu // tapamisa' inaa
7. Pokadanna' kada pissan // kada rebong balu'bu' // angku issanni // urrandanan kaleku
8. Maleko kukua io // kukurrean sumanga' // torroko duka // lamdoko dokoan
9. Diongna' liku mandalan // kaleku mukasinna sinnai // kendek na' duka // mu pessala salai
10. Mokara'ka tulaiti' // tuladio kalemu // kadanna indo' mu // menanan kutu manuk
11. Sandakki angku memboko' // angku tangmessaile // ketangsusiko // manuk angin anginan
12. Rindu e kemamali'ko // ketiliu ara' ko // tiroko bulan // saile  ko bintoen
13. Dambu riri te dao // tangna lambi' pesumpa' // rotomo dikka'// napesso'ta' paniki
14. Lumiling mi la'lang langi' // tiku tombi saratu' // ullio lio // tallo' batan bulaan
15. Kalosi dirompo bulan // dikararak bintoen // tangla diteka' // ke tomallun matanna
16. Lamualarika puyo // kemusia' sia'i // tae' susinna // kemunaran naranni
17. Londo' londo' poko  kita // berakki tangpaissan // tangmu issan pa // untentenan tadimmu
18. Pemeloi batattamu // rappan balabatummu // lanaolai // londong situang tadi
19. Langi' manna mo kutiro // sola tasik kalua' // tangkutiro mo // tondok kadadianku
20. Maparri' lamban tasik // lumomban bura bura // pa'du paria // ketumete uai
21. Pantan dalle' ki' tu tau // pantan passukaranki'  // denki madalle' // denki' maasi asi
22. Kengku manuk manuk rante // kengku dassi pangngala' // kutiaranni dikka' // pa'di' dio kaleku
23. Indo' bangun bangunan mo' // sarean mo' allonan // denmo rindu ku kitta' // timbayo sala sala
24. Pela' pela' ko sumarro // sandanni mekaindo' // salu sanda' pa // la urrande pala' ko
25. Dao bulan mallo' malo' // bintoen dosso dosso // ronno' komai // angku rande pala' ko
26. Lalla' mata to melampa // ilan tangnga to' tallang // ba'tumba mo tallang // na lelleng sala sala
27. Moi ma'rinding batummu // ma'kulambu malia' // nang memboko'ku // tama batang kalemu
28.  Pallakko mukande suso // mulepai' pa' su'be' // pallakko pole // napakebelle belle
29. Iamo temai gau' // temai pessiparan // mebuang boko' // metibe tangnga lalan
30. Buda bu'ku' lako lalan // bu'ku' kaundu undu // buda mo tau // na pokaundu sala
31. Mokana'disandak salu // dianggean mali'ku // aku mandalle' // aku sambo karangan
32. Inaa palanni suke // palanni talla' talla' // robokki suke // pada robok inaa
33. Dao allo dao bulan // sitontongan bintoen // langi' na lino // tangla situka' inan


Sunday, February 4, 2018

Kisah Taranggai Langi' Dari Bonggakaradeng

bonggakaradeng

Pada mulanya Puang Matua menyuruh Pande Patanga' dan Lando Penawa membuat segala sesuatunya dari Sauan Sibarrung dan terciptalah langit dan bumi beserta segala isinya. Putra Puang Matua bernama Taranggai Langi' ( Layang Tanduk ) berniat mencari jodoh dan menyusuri seluruh pelosok langit tetapi tidak ada bidadari yang ditemuinya. Akhirnya ia memandang ke samudra luas dan dilihatnyalah bidadari cantik bernama Kombong Bura, terjadilah perkawinan antara Taranggai Langi' dengan Kombong Bura. Setelah perkawinan itu muncul kesulitan mengenai tempat tinggal karena Taranggai Langi' tinggal di langit sedangkan Kombong Bura tinggal di air. Keduanya bersikukuh ingin tinggal di tempat masing masing.

Mereka pun sepakat dan membuat rumah antara langit dan air yang disebut banua ditoke'. Dengan banua ditoke' ini timbul kesulitan lain karena kebutuhan mereka tidak dapat ditoke'. Akhirnya mereka meminta pendapat Pande Patangga' dan diteruskan kepada Puang Matua. Karena kesulitan kesulitan ini mereka dibolehkan tinggal di bumi ( lino ). tetapi ditolak oleh Ampu Padang. Taranggai Langi' kembali meminta nasihat kepada Panda Patangga' yang memerintahkannya supaya berperang saja dengan Ampu Padang.

Dalam perang ini Taranggai Langi' memakai doke tambola dan kiru kiru bassi ( roeng ) sebagai senjata dan Ampu Padang kalah sehingga ia harus menyingkir keujung langit dengan syarat tiap akhir musim kemarau ia boleh datang kebumi dan pada saat saat terjadilah marammuan padang ( timbul penyakit ).

Dalam perkawinan Taranggai Langi' dengan Kombong Bura lahir seorang anak laki laki tetapi cacat, Taranggai Langi' kembali meminta nasehat kepada Pande Patangga' dan Taranggai Langi' diberikan syarat syarat perkawinan yang harus dipenui :

  1. Diberikan satu biji pinang untuk ditanam dibumi tetapi tidak tumbuh ini berarti saudara kandung tidak boleh kawin.
  2. Diberikan pinang yang dibelah ternyata tumbuh tetapi tidak baik. Ini berarti antara sepupu satu kali tidak boleh kawin.
  3. Berikutnya pinang yang dibelah empat tumbuh tapi tidak terlalu baik. Ini berarti sepupu dua kali boleh kawin tetapi hasilnya tidak baik.
  4. Pinang yang dibelah delapan baik tumbuhnya dan seterusnya, berarti kawin dengan sepupu tiga kali dibolehkan
Setelah syarat perkawinan itu diterima lahirlah anaknya yang kedua dalam keadaan baik dan diberi nama Bonggai Langi'. yang kemudian kawin dengan Datu Laukku'. Kemudian lahirlah Manurun di Langi' yang kemudian melahirkan Pong Mula Tau dan seterusnya melahirkan Batara dan tinggal di Sarong.

Setelah Batara tinggal menetap di Sarong setiap malam tertentu orang melihat cahaya yang ajaib memancar dari Sarong ke langit.

Cahaya itu dilihat pula oleh orang Bone akhirnya Batara yang selanjutnya dikenal dengan Batara Sarong, diundang ke Bone tetapi ia tidak sampai ke Bone karena di Sawitto Batara Sarong kawin. Dari perkawinan ini lahirlah anak anaknya yakni Batara Kassa', Arru' Belo, dan Karaeng.

Batara Kassa' ini kembali ke Sarong dan turunannya tersebar di daerah Sarong, Ollon, Buakayu, Rano, Mappak Simbuang. Adapula yang pergi jauh seperti ke Palian, Duri, Padang Alla', Balepe'. 

Diantara turunan Batara Kassa' yang terkenal ialah Bonggakaradeng yang turunannya mendiami daerah Simbuang dan sekitarnya.




Wednesday, December 20, 2017

Perbedaan Adat Istiadat Dalam Wilayah Adat Kecamatan Rinding Allo Seperti Ma Nene

Ma' Nene'

Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa wilayah Kecamatan Rinding Allo terdapat dua macam adat yang sangat berbeda satu sama lain, yaitu :

  1. Lembang Piongan , Dende, Kurra, Awan, dan Baruppu satu adat dan tutur bahasanya sebagai warisan dan peninggalan dari moyang mereka yang bernama Pairi' ( Tangdililing ) yang membawa adat dari Marinding ( Banua Puan ) ke arah Barat Matari' Allo Umpopollo Lambun Ungkabasse Awan Umpoulu Baruppu Umpopani' Bittuang Unnala Sangpolo Seko. Kecuali di Dende'  dan Piongan maka pesta tertinggi di wilayah ini pada rambu solo ialah "Dipalimang Bongi". Di upacara kedukaan ini orang ramai ma'dondi' ma'badong, ma'randing, dll. Yang paling menonjol adatnya disini adalah Baruppu' dalam soal kematian suami/istri selama simati diupacarakan janda/duda disatukan tempatnya dengan mayat dan janda/duda tidak berpakaian dn rambut terurai dalam memeluk mayat sambil makan dan minum makanan dan buah-buahan yang tidak dimasak. Sepeninggal suami/istri, janda/duda harus menyendiri dengan pakaian hitam, tidak boleh menghadiri upacara adatt rambu tuka', selalu duduk menghadap kebarat (matampu') rambut tidak boleh disisir, tidak boleh meminta sirih dan dimintai sirih dari dan siapa pun juga. Keadaan balunya selesai bila suami/istrinya telah dipa'nene'i' dan melakukan upacara/dipalakuan tua' dimana ia memotong kerbau/babi di dekat kubur  (ma'doya) dan mayat diangkat keluar lalu dibalut sekali lagi, tidur disampingnya satu malam keesokan harinya dilakukanlah upacara sipassakke artinya perceraian dipimpin oleh satu atau beberapa to minaa. Sesudah upacara dilakukan maka kapa' menurut anggapan mereka hanyalah perempuan. Kalau istri yang meninggal maka duda harus menyerahkan kapa' demikian sebaliknya. Selesai upacara janda/duda menyelipkan kedalam lapisan pembungkus mayat sebuah pinang atau kalosi kalebu dan bolu kalebu (sangbatang) disertai tembakau (sambako) sanglu'pi' sebagai tanda kasih dan perpisahan abadi kemudian janda/duda berbalik kebelakang terus berangkat menuju ke rumahnya dengan syarat syarat tidak boleh menoleh kembali tidak boleh singgah singgah dan setelah sampai ditangga rumah pakaian hitamnya ditanggalkan dan diganti pakaian biasa lalu naik kerumah. Selesailah adat balunya dan boleh kawin dengan siapa saja yang disukainya. Ma'nene' merupakan upacara netral bukan rambu solo' bukan pula rambu tuka' melainkan sebuah jembatan penghubung rambu solo' dan rambu tuka' atau dengan kata lain ma'nene' bubungna rambu solo' dan parandanganna rambu tuka'. Pada setiap tahun selesai ma'nene' maka pesta-pesta rambu tuka' dilakukan dimana mana seperti mangrara banua, ma'bugi', massura' tallang, merok dan ma'bua'. Pelaksanaan dan pantangan hampir ssama dengan tempat lain hanya saja dalam pesta ma'bua' disini sebagai pesta tertinggi hanya satu ekor kerbau yang dipotong. Inilah yang disebut umpotekken tedong sangbua bannang ia napokko nasurak.
  2. Lembang Kapala Pitu, Pangngala', Sarambu, Ta'ba' dan Sapan satu macam adatnya sebagai warisan dari Pabane' yang membawa adat sebagai pusakanya dari Marinding (Banua Puan) unnola lando sarira rampo lan padang di Kesu' Bangkudu tungkasanganna. adat ini dibawa oleh Pata' Langi' ke Tikala kemudian dibagi menjadi dua pula yaitu :
    • Yang tinggal di Tikala disebut Aluk Tallung Tampang.
    • Yang pergi ke Riu disebut To Tallung Penanian atau Tallung Kadong Padang masing masing dibawa oleh : To Langi' disebelah Timur umpopollo' Pongsake umpoulu Sapan; Allopaa ditengah umpopollo' Tora' umpoulu Eran Batu (Sarambu); Paluang disebelah Barat umpopollo' Sereale umpoulu Lalikan (Pangala'). Dalam kelima Lembang tersebut ditas adatnya hanya satu dan cara cara berpestanya pun hanya satu baik rambu tuka' maupun rambu solo'. Upacara rambusolo' didalam lembang lembang ini sama semua dari yang rendah sampai yang tinggi. Untuk memeriahkan upacara maka orang laki laki atau perempuan ma'badong, ma'dondi', ma'randing, dll. Janda/duda tidak disatukan dengan mayat walaupun tidak diberi makan nasi makanan yang sudah dipanasi api selama tujuh hari, tiga hari dan seterusnya bagi upacara kecil dan bila mayat diusung kekubur maka janda/duda harus kembali ditengah jalan sesudah menyelipkan pinang /sirih (kalebu) dan embakau kedalam lapisan pembalut mayat berupa tanda kasih dan perpisahan abadi, sementara mayat dilanjutkan kekubur maka janda/duda berbalik kerumah dengan tidak boleh menoleh kearah mayat sampai lenyap dari pandangan atau sudah sampai di rumah. Setelah mayat dikuburkan maka janda /duda tetap berpakaian hitam walaupun sudah makan nasi tetap pantang pergi ke tempat tempat upacara rambu tuka' serta pantang sekali bagi laki laki/perempuan lain tidur dengannya. Masa balunya dianggap selesai apabila jandad/duda telah untimba sakke malino yaitu dikawinkan dengan sesamanya duda/janda dengan suatu upacara yang mirip sekali dengan pelaksanaan dalam pengantin baru. Pada dasarnya mereka kawin untuk semalam kemmudian berpisah jika mereka tidak saling menyukai dan bila suka perkawinan dilanjutkan. Dalam upacara ini sang duda diantar kerumah janda dan disana diadakan pesta perkawinan dengan dihadiri tua tua adat dan Tominaa. Selesai makan bersama dimana janda dan duda disediakan tempat makan satu untuk dua orang dan tidur berdua maka Tominaa mememintakan berkat dan keselamatan yang disebut "umpalolong kada minnak" menjelang waktu mau tidur. Keesokan harinya bila mereka suka maka mereka dinyatakan dengan resmi sebagai suami istri dan bila tidak maka perceraian diadakan dan masing masing kembali kerumahnya sebagai orang yang telah bersih dan selanjutnya boleh kawin dengan siapa saja. Pesta ma'nene' dalam lembang lembang ini hanya dilakukan kira kira sepuluh atau dua belas tahun sekali. Sebagai disebutkan diatas tadi bahwa pesta ma'nene' juga dianggap bukan rambu solo dan bukan rambu tuka' walaupun kuburan kuburan pada dibuka (dibersihkan) dan sirih pinang diantar kesana. Ma'nene' dianggap sebagai papana rambu solo' dan  parandanganna rambu tuka' oleh sebab itu maka semua makanan untuk dewata disini boleh dibawa kekubur seperti belundak, piong, nasi ketan hitam, dan babi dikollong seperti to ma'papa. Selesai ma'nene' pesta pesta rambu tuka' dilakukan seperti mangrara banua, kapuran pangngan, sumembang ongan remmesan para, surasan tallang, bate manurun, tokonan tedong dan tananan bua' sebagai pesta rampe matallo tertinggi. Pada pesta maro (sapean tabang), tokonan tedong dan ma'bua' (tananan bua') dibuatkan keramaian seperti ma'dandan, manimbong, manganda' dan lain lain acara Toburake baik laki laki maupun perempuan. Sebuah acara dalam tananan bua' yang mungkin tidak ada taranyna dibumi ini ialah mamulle dimana kaum ibu bergantian naik kebullean lalu diusung oleh kaumnya atau laki laki dan dibawa berkeliling dalam suatu lapangan yang disebut kala'paran, sebagai penghormatan tehadap kaum ibu. Dalam acara ini kaum ibu diusung berturut turut dari yang pertama atau yang dihormati (yang memegang peranan dalam pesta ma'bua') tumbang,  banaa, pangria bannang dan terakhir orang banyak. Disinilah orang melihat siapa familinyayang terdekat dan paling akrab. Pokok dari acara ini adalah untuk mengenal dan memperbaharui hubungan kekeluargaan yang mungkin sudah tidak dikenal lagi. Rambu solo' disebut aluk sipiak tallang sangka' sisese arrusan atau alukna rampe matallo dan alukna rampe matampu'. Inilah pokok acara acara rambu tuka' sebanyak tujuh macam itu juga rambu solo' sebanyak tujuh macam yaitu :
    1. To Ditanan
    2. To Disilli'
    3. To Disangngalloi
    4. To Dirondon
    5. To Dibatang
    6. To Dipuli Mesa' (barata kendek)
    7. To Dipuli Da'dua (sapurandanan)


Monday, December 4, 2017

Sejarah Singkat Kecamatan Rinding Allo Tanah Kelahiran Pong Tiku


Nama Kecamatan Rinding Allo berasal dari peninggalan sejarah perjuangan pahlawan Pong Tiku yang semasa hidupnnya gigih menentang penjajahan kolonial Belanda. Rinding Allo adalah nama sebuah benteng pertahanan Pong Tiku yang terletak di sebelah Barat Pangngala' dan sampai pada saat ini masih tetap utuh dengan megah dan indah dipandang mata dari jauh karena terletak diatas bukit batu yang tinggi dan hanya satu jalan yang dapat dilalui untuk mencapainya yaitu dari arah sebelah Timur sedang tiga buah sisinya dikelilingi jurang-jurang batu yang sangat sulit dijangkau walaupun menggunakan tali.

Kecamatan Rinding Allo dimasa lampau sebagian besar adalah dibawah pengaruh Pong Tiku seperti Lembang Kapala Pitu, Pangala', Awan, Baruppu', sedang wilayah Denpiku ( Dende', Piongan, Kurra ) dibawah pimpinan Tandisalla'. Mereka memusatkan kekuatannya di Lembang Piongan yang terletak di puncak gunung Lekke'. Disana terdapat sebuah benteng yang masih kuat dan sangat indah untuk tujuan wisata. Denpiku ini pernah menjadi tiga buah distrik di masa lampau yaitu Distrik Dende', Distrik Piongan, dan Distrik Kurra. Juga Lembang Sarambu tidak taat kepada Pong Tiku karena berada dibawah pengaruh Tandibua' anak kemenakan Pong Tiku tapi menjadi musuh besarnya. Karena dia berjasa kepada Belanda dalam penangkapan Pong Tiku maka ia lalu diangkat oleh Belanda menjadi Kepala Distrik Pangala' yang pertama.

Lembang Ta'ba' dan Sapan juga tidak berada dibawah kekuasaan Pong Tiku melainkan berada dibawah pengaruh Pong Maramba' dari Tikala, itulah sebabnya mereka masih bagian distrik Tikala pada waktu lampau. Terakhir Lembang Pangala' sebagai pusar kekuatan Pong Tiku untuk melebarkan kekuasasannya dan merupakan daerah yang paling dicintai Pong Tiku. Lembang Baruppu adalah salah satu daerah yang dikuasai oleh Pong Tiku sehingga penduduknya lari ke daerah Makki'.

Setelah wafatnya Pong Tiku maka Lembang Kapala Pitu, Pangala', Sarambu, Awan, dan Baruppu dijadikan Belanda sebagai sebuah Distrik yaitu Distrik Pangala'.

Dari kesatuan-kesaatuan Distrik tersebut diatas tadi itulah yang dilebur oleh Pemerintah menjadi sebuah kecamatan yaitu Kecamatan Rinding Allo.

Kebudayaan penduduk wilayah Kecamatan Rinding Allo pada dasarnya terdiri dari dua macam kebiasaan yakni :

  1. Yang disebelah timur mempunyai adat yaitu disebut Rampanan Kapa' Diborisan Rinding umpotekken tedong sangaoka tama tananan bua'. Menurut sejarahnya adat ini debawa dan diwariskan oleh moyang mereka yang bernama Pabane berangkat dari Banua Puan ( Marinding ) unnola landosarira sae lan Kesu'. Dari Kesu' adat ini dibawa oleh Pata' Langi' ke Tikala dan dari Tikala adat ini dibawa Paluang ke daerah Distrik Pangala' sebagai bagian terbesar dari Kecamatan Rinding Allo dewasa ini dan meliputi Lembang Kapala Pitu, Pangala', Sarambu, Ta'ba', dan Sapan.
  2. Yang disebelah Barat mempunyai adat yang diwariskan oleh Pairi' ( Tangdililing ) sebagai pusakanya dari Marinding yang disebut To ma'rampanan kapa' allo umpotekken tedong sangbua bannang ia napokko nasurak kema'tananan bua'i. Adat ini meliputi wilayah yang di sebut umpolollo' lambun ungkabasse Awan unpoulu Baruppu' umpopani' Bittuang unnala sangpolo Seko. Wilayah adat ini masuk Lembang Piongan, Dende', Kurra, Awan, dan Baruppu'. Namun demikian wilayah ini dibagi pula dua adatnya yakni : 1) Dende', Piongan, Kurra melakukan Ma'nene' satu kali dalam rentang waktu 10 sampai 12 tahun dan boleh membawa nasi, belundak ke liang (kuburan). 2) Awan dan Baruppu' Ma'nene' setiap tahun dan tidak boleh membawa nasi, belundak, dll ke kuburan (liang).


Friday, December 1, 2017

Lovely Desember 2017 Di Meriahkan Dengan Even Even Yang Menarik Seperti Jelajah Wisata Alam dan Pameran Kebudayaan



Lovely Desember 2017 dimeriahkan dengan even yang menarik seperti jelajah wisata alam dan pameran kebudayaan.


Jelajah Wissata Alam
23 Desember 2017

Ring Road Chistmas Adventure 2017
27-28 Desember 2017

Toraja Maelo Dog Show And Sporting Dog
16-17 Desember 2017
Selain even tersebut diatas para pengunjung dapat menikmati keindahan alam Toraja yang eksotis di Lolai, Pango-Pango, Buntu Burake, Permaindian air panas Makula', Ollon dan masih banyak spot-spot wisata alam yang bisa dikunjungi di Toraja.

Selain wisata alam para wisatawan dapat menyaksikan wisata budaya seperti Rambu Solo, kontes adu kerbau, tarian-tarian daerah.

Dikabarkan Presiden Joko Widodo akan hadir dalam even tersebut.



Wednesday, November 29, 2017

Sejarah Singkat Kecamatan Makale Atau Lembang Basse Kakanna Setelah Umapaliling Batunna Boyo

Makale, Tana Toraja

Kemudian daripada to dipokaka Tangdilino kira-kira 1000 tahun yang lalu maka datang seorang yang digelar To Manurung Di Langi' Puang Tamborolangi' di Kandora membawa aluk dan adat istiadat di Lepongan Bulan ini maka sampai pada saat ini adat istiadat masih tetap terpelihara.

Kira-kira 800 tahun yang lalu terbentuklah suatu kerajaan Lepongan Bulan disebagian daerah Sulawesi Selatan yang meliputi : Sebagian Kab. Enrekang, Kab. Mamasa, Kab Tana Toraja, Rongkong-Seko di Kab. Luwu, Basse Sang Tempe di Luwu. Oleh seorang pria yang bernama Patta La Bantan cucu dari to Manurun di Langi' Puang Tamboro Langi'.

Kira-kira 600 tahun yang lalu oleh karena perang saudara antara Puang Bullu Matua dari Pantan Lembang Bombongan melawan sepupu sekalinya Puang Raja Sampin di Kaero yang memangku jabatan Kerajaan Kalindo Bulanan, kemudian Raja Sampin dikalahkan dan kedudukannya direbut Puang Bullu Matua.

Kalindo Bulanan dipimpin oleh Puang Bullu Matua. Berhubung karena Puang Bullu Matua sangat lanjut usianya sehingga usianya tidak bedah jauh dari kedua putranya maka warisan kerajaan jatuh kepada ketiga cucunya yang menyebabkan Kalindo Bulanan terbagi wilayah yang dinamai Tallu Lembangna, meliputi :

  1. Lembang Basse Kakanna ( Makale ) diperintah oleh iPuang Tiang Langi'.
  2. Lembang Basse Tangngana ( Sangalla ) diperintah oleh Puang Palodang.
  3. Lembang Basse Adinna ( Mengkendek ) diperintah oleh Puang Kambolang.


Karena kejujuran dan keadilan Puang Bullu Matua terhadap ketiga cucunya maka diadakan tiga cara undian sebagai berikut :

  1. Umpaliling Batunna Bojo' di Tinoring, Mengkendek.
  2. Umpara'pak Lumbaja Padang di Lampio Lembang Saluallo, Sangalla'.
  3. Passukaran Tau di Kamali Lembang Bombongan, Makale.
Dalam undian ini, selalu Makale yang keluar sebagai pemenang pertama, Sangalla pemenang kedua, dan Mengkendek sebagai pemenang ketiga yang menyebabkan timbulnya gelaran-gelaran seperti berikut :
  • Makale sebagai Basse Kakanna
  • Sangalla sebagai Basse Tangngana
  • Mengkendek sebagai Basse Adinna
Setelah pelantikan Puang Tiang Langi' di Lembang Basse Kakanna sebagai pemerintah pertama makan beliau membentuk empat koordinator pemerintahan yang merupaka federasi dibawah koordinasi Puang Tiang Langi' dan seterusnya.

Federasi-federasi tersebut ialah :
  1. Annan Penanian dibawah koordinasi Tongkonan Layuk Pangi, meliputi Lembang Sarira, dan Lembang Bungin.
  2. Patang Bua' dibawah koordinasi Tongkonan Layuk Pantan dan Tarongko, meliputi Lembang Tarongko dan sebagian Lembang Bombongan.
  3. Karua Bua'na dibawah koordinasi Tongkonan Layuk Tondon, Mamullu, Banua Lando, dan Banua Sura'.
  4. Annan Bua'na dipa'buaran.
Yang paling menonjol dari empat daerah federasi ini ialah Karua Bua'na karena mempunyai badan-badan Pemerintahan lengkap sebagai berikut:
  1. Tanduk tata'na Basse Kakanna Kalindo Bulanan yang fungsinya sebagai orang kedua dari Puang
  2. Takia' Bassi Basse Kakanna Kalindo Bulanan yang fungsinya sebagai pertahanan dan keamanan
  3. Ampang Banu' Basse Kakanna Kalindo Bulanan fungsinya sebagai pa'bisara
  4. Issong Kalua' Kalindo Bulanan

Sumber : Seminar Pembangunan Parawisata Kabupaten Tana Toraja di Makale Bulan Maret 1973


Tuesday, November 28, 2017

Sejarah Singkat Kecamatan Mengkendek Sebelum Pemerintahan Belanda


Jauh sebelum terbentuknya distrik Mengkendek terdapat beberapa nama yang dipakai sebagai (yang menunjukkan) kesatuan daerah ini. Pada waktu itu nama Mengkendek belum mencakup seluruh daerah yang kita kenal sekarang ini sebagai kecamatan Mengkendek. Yang lazim dinamai Mengkendek pada waktu itu ialah Kampung Tengan, sebuah kampung di kaki gunung Kandora tempat istana Puang Tamborolangi'. Istana itu dikenal dengan nama " Banua Ditoke' ". Menurut cerita (mitos) disanalah Puang Tamborolangi' mebanua ditoke' tondok dianginni.

Latar belakang nama Mengkendek itu terdapat bermacam-macam pendapat. Ada yang mengatakan tempat itu dinamai Mengkendek yang berarti " naik " karena istana tersebut berada diatas tempat yang tinggi. Ketika Puang Tamborolangi' mengundang pemuka-pemuka masyarakat bermusyawarah guna pembentukan daerah, menyusun peraturan-peraturan para undangan itu harus " kendek " kehalaman istana yang terletak di tempat yang tinggi.

Adapula yang mengatakan bahwa pada mulanya ketika dibentuk daerah Tallu Lembangna lingkungan Basse Adinna yang resmi hanya terdiri dari delapan lingkungan yang disebut Karua Penanian. Itulah sebabnya kekuatan mereka hanya mampu menggerakkan Batunna Boyo. Tetapi kemudian ternyata Basse Adinna itu sudah menjadi lingkungan adat dengan bertambahnya 4 lingkungan adat sehingga disebut 12 penanian.

Kira-kira abad XVI atas prakarsa Puang Bullu Matua dibentuklah "Tallu Lembangna". Ukuran yang dipakai dalam pembentukan mengusung sebuah batu. Perkerjaan itu dinamai : "Umpaliling Batunna Boyo". Batunna Boyo adalah sebuah batu yang kini masih ada di kampung Tinoring, kurang lebih 1 km dari jalan raya km 7 jurusan Makassar. Barangsiapa yang mampu mengusung Batu Boyo tersebut ketempat yang lebih jauh itulah yang digelari kakak atau yang lebih tua.

Kekuatan yang paling menonjol dalam pekerjaan ini adalah Makale, mereka umpaliling batu sejauh kira-kira 3 km, sehingga Makale dinamai Basse Kakanna. Menyusul Sangalla yang berhasil umpaliling batu sejauh kira-kira 1 km, maka Sangalla digelari Basse Tangngana. Sedangkan Mengkendek hanya menggeser batu ini sekita 600 meter itulah sebabnya diberi gelar Basse Adinna.

Nama lain yang diberikan kepada Mengekendek adalah Sangpulo Dua Penanian, yang artinya dua belas lingkungan adat, yaitu:

  1. Tengan dengan gelar To bendan buangin to te'dek paloloan tiranduk pa'bala'baran yang artinya pembantu utama kalindo bulanan dan mengetuai musyawarah-musyawarah.
  2. Palipu dengan gelar To dipoulunna padang di Mengkendek ti dipogaropokna Basse Adinna artinya Ujung Utara dari Basse Adinna.
  3. Marinding dengan gelar To titanan tampo kapua rinding daun  indukna balusu dirapa' yang artinya tempat pertahanan.
  4. Tinoring dengan gelar To dipolisunna umbu' todipatangana umburak artinya tempat ditengah-tengah Basse Adinna.
  5. Balla dengan gelar Tanduk tata'na kalindo bulanan pampang tangke tarasunna kabarrean allo yang artinya pimpinan perang.
  6. Tangti dengan gelar to umpamatua induk sukaran aluk umpabanu' karurungan penanda bisara artinya pemuka agama.
  7. Baturondon dengan gelar Todisulu' tedong to pangkung karambau artinya wilayah basse kakanna dimasukkan kedalam wilayah basse adinna.
  8. Pangrorean dengan gelar To lumbang baka direngnge' lukkun sepu' disariri yang artinya sumber makanan kedukaan bila ada pemangku Basse Adinna yang wafat.
  9. Sillanan dengan gelar To sikampa palungan bulaan sisaladan sampin to matango na tedong langdadan.
  10. Mebali dengan gelar Mata mandarra na kalindo bulanan talinga ma'perangnginna Basse Adinna artinya melihat dan mendengar serta melaporkan kejadian.
  11. Tampo dengan gelar Passarean pongkena Tallu Lembangna padang pendurukan tedong massa'bunna Basse Adinna yang artinya daerah pertanian dan peternakan yang subur di lingkungan Tallu Lembangna.
  12. Gandangbatu dengan gelar Padang bintoen, lembang asi asian  to dipasikampa susukna arra' sikambi' katonan padang artinya daerah bebas penjaga keamanan perbatasan Tana Toraja.
Pada permulaan tahun 1907 setelah perang di Alla' selesai, Pemerintah Belanda mulai menyusun penjajahannya di Tana Toraja dengan membentuk 2 Onderafdeeling yaitu Makale dan Rantepao. Kemudian pada tahun 1925 kedua Onderafdeeling ini disatukan dengan nama Onderafdeeling Makale Rantepao. Dalam Onderafdeeling Makale dibentuk 14 distrik salah satu diantaranya adalah Disttrik Mengkendek yang diperintah oleh seorang kepala distrik dengan gelaran Puang Mengkendek.

Itulah permulaan nama Mengkendek meliputi seluruh daerah yang dikenal dahulu dengan nama "Sangpulo Dua Penanianna". Bersamaan dengan itu dibentuk 38 kampung dalam distrik Mengkendek.

Setelah penyerahan kedaulatan kepada Republik Indonesia maka oleh Pemerintah Darurat Makale Rantepao yang pro Negara Kesatuan Republik Indonesia 32 Distrik di Makale Rantepao disusutkan menjadi 15 distrik. Pada tahun 1962 terjadilah pembentukan Kecamatan. Dalam pembentukan ini distrik Mengkendek dengan ditambah 3 buah kampung dari distrik Sangalla' yaitu Simbuang, Tando-Tando, dan Uluway menjadi gabung ke Kecamatan Mengkendek sekarang ini.
Di Basse Adinna  ada beberapa Basse yang dikenal baik basse antara wilayah Basse Adinna maupun luar Basse Adinna karena sudah sejak lama wilayah ini mengadakan hubungan dengan daerah-daerah luar seperti Basse Sangbanua, Basse Sangrapu, Basse Sangpenanian, Basse Sangbua', Basse Sanglembang, Basse Sanglepongan Bulan (Basse dalam wilayah Basse Adinna) sedangkan Basse dengan wilayah diluar Basse Adinna antara lain Basse Panannangan di Gandangbatu dengan orang di Solo (Sangalla'), Basse na To Majao dengan orang-orang Buntu Batu (Baraka), Bassena Tangko dari Gandangbatu dengan orang-orang di Malua, Bassena Matindoi Pinjan dan Matindoi Leon yaitu antara Pong Sariwan di Sillanan dengan Puang Buntu Batu di Malua', Basse Sang sorongan Pindan antara Puang di Tallu Lembangna dengan datu luwu, arung bone dan puang puang di Tallu Batupapan di To' Bolo', Bassena Bara'padang dengan Arung Tampo di Manggugu' (Anggeraja).

Beberapa peniggalan bersejarah di Mengekendek antara lain :
  1. Tengan : - Sebuah batu di Potok Tengan yang dianggap mayat Tandi Abeng yang dibawa oleh anaknya dari Luwu yang bernama Daeng Mallomo. Daeng Mallomo adalah seorang anak Sawerigading.- Sebuah batu yang dianggap sebagai salah satu papan dari istana Puang Tamborolangi yang dikenal dalam sejarah sebagai "Banua Ditoke'".- Benteng-benteng batu zaman dahulu sebagai kubu pertahanan di perkampungan tua Tengan (Kandora).
  2. Marinding : Dikampung inilah terletak Banua Puan, tongkonan Tandilino. Ditempat itu tidak ada lagi bekas rumah tersebut. Yang masih ada hanya sebuah sumur.
  3. Tinoring : - Batunna Boyo ukuran untuk menetapkan gelaran Lembang-Lembang dalam Tallu Lembangna.
  4. Randanan : Sebuah peti yang dinamai Pattinna Pong Dian, La'lang Manik sebuah tudung dari manik-manik yang disulam. Kedua benda ini sebagai tanda bukti persahabatan antara orang Toraja dengan orang Bone.(Kaduaja) terdapat benteng pertahanan para pejuang Alla' melawan Belanda.
  5. Uluway : Ongkona Bone yaitu tempat yang mengandung mineral emas yang digali pertama kali oleh tentara kerajaan Bone. Mereka menggali lobang sehingga lobang itu runtuh dan menimbun orang didalamnya dan hanya seorang yang lolos dalam peristiwa itu. Orang tersebutlah yang pulang menceritakan kejadian itu sehingga tempat itu di berinama "Ongkona Bone".

Sumber : Dokumentasi Seminar Parawisata Se-Kabupaten Tana Toraja Tanggal 26 sd/ 31 1973 (Dikutip Sesuai Aslinya)

Friday, October 20, 2017

Aluk Todolo Sebagai Agama Leluhur Orang Toraja



ALUK TODOLO
Suku Toraja sejak dari dahulu menganut Agama atau kepercayaan yang kini dinamakan Aluk Todolo ( Aluk = agama=aturan, todolo=leluhur ) jadi Aluk Todolo artinya Agama leluhur atau Agama Purba. Dan dikatakan Aluk Todolo karena setiap upacara pemujaan atau membuat kegiatan terlebih dahulu melakukan upacara persaksian dengan sajian kurban persembahan kepada leluhur uang dikatakan Ma’todolo atau Ma’pakande to matua (todolo).
Aluk Todolo adalah suatu kepercayaan animism tua yang rupanya dalam perkembangannya telah dipengaruhi oleh ajaran hidup Konfusius dan ajaran Hindu, makanya oleh Pemerintah RI menggolongkan Aluk Todolo kedalam Sekte Agama Hindu Dharma.
Aluk Todolo dalam ajarannya mengatakan bahwa agama atau keyakinan ini diturunkan oleh Puang Matua (Sang Pencipta) kepada Nenek manusia yang pertama bernama Datu La Ukku’ yang dinamakan Sukaran Aluk artinya aturan atau susunan agama yang didalamnya mengandung ketentuan-ketentuan bahwa manusia dan segala isi bumi ini harus menyembah, memuja dan memuliakan Puang Matua (Sang Pencipta) yang dilakukan atau diwujudkan dalam bentuk sesajian persembahan.
Menurut mythos Ajaran Aluk Todolo tersebut bahwa Puang Matua (Sang Pencipta) menciptakan segala isi bumi ini pertama-tama ialah menciptakan 8 (delapan) zat atau makhluk diatas langit melalui suatu tempaan namanya sebagai berikut :
“ Malemi Puang Matua Rokko rampe Matampu’ unnembong Bulaan tasak ponno sepu’ na doing to’ Mata Uwai. Umpatingka’mi bête lentekna to Kaubanan rekko to’ kabo’ taran kulla’ usseno tinggi nene’ tangkarauan lempan karappi'na d’ong to’ Kalimbuang Boba. Sulemi Puang Matua diongmai Rampe Matampu’ tibalikmi to Kaubanan doing mai to’ kabo’taran kulla’, Naobolloan barra’ mi Puang Matua Bullaan Tasak tama Sauan Sibarrung, Nabakku’ amboranmi to Kaubanan Nene’ tangkarauan tama Suling pada dua, Napasarussuimi Puang Matua tu Sauan Sibarrung, napataranakkimi to Kaubanan tu Suling Pada Dua, Dadimi Nenekna to Sanda Karua lammai Sauan Sibarrung takkomi Todolo kasaungganna to Ganna’ bilangan lammai Suling Pada Dua pada umposanga-sanganna umpoganti pa’gantiananna”.
1.       Nenekna to Lino disanga Datu La Ukku’;
2.       Nenekna Ipo disanga Menrante;
3.       Nenekna Kapa’ disanga La Ungku;
4.       Nenekna Bassi disanga Irakko;
5.       Nenekna Uran disanga Pong Pirik-pirik;
6.       Nenekna Tedong disanga Menturini;
7.       Nenekna Pare disanga Lamemme;
8.       Nenekna Manuk disanga Menturiri.
Setelah Puang Matua menciptakan ke-8 makhluk tersebut diatas, maka kepada nenek manusia bernama Datu Lau Ukku’ diberikan suatu aturan atau ketentuan dan hukum setelah Puang Matua telah mengawinkaanya dengan To Tobang Tua agar supaya aturan itu dipergunakan untuk memuliakan dan memuja kepada Puang Matua dan aturan atau hukum itu dinamakan Sukaran Aluk, yang selanjutnya akan diikuti oleh turunan Datu La Ukku’ bernama Pong Mula Tau sebagai Nenek Manusia yangpertama dari langit ke dalam bumi membawa Sukaran Aluk tersebut.
Isi Sukaran Aluk ini meliputi seluruh segi dan peri kehidupan manusia dengan ketentuan bahwa cara-cara memuliakan Puang Matua itu dalam bentuk Sajian Persembahan.
Dalam Sukaran Aluk dari Puang matua terdapat beberapa pokok kententuan dan aturan tetapi pada dasarnya terbagi atas :
a.       Ajaran Azas percaya dan memuja kepada tiga oknum;
b.      Ajaran Azas Pemujaan dan Penyembahan.



Monday, September 25, 2017

Bamba Puang Sebagai Perkampungan Pertama Dalam Mithos Orang Toraja

Bamba Puang Sangat Terkenal Dalam Mithos
Orang Toraja


Bamba Puang sebagai tempat pertama yang menjadi tempat persinggahan leluhur orang Toraja untuk membangun perkampungan sebelum melanjutkan perjalanan ke bagian utara seperti dalam mithos orang Toraja. 

Para penguasa-penguasa lembang datang dengan perahu bersama para pengikut-pengikutnya dan setelah perahu mereka tidak dapat lagi menjelajahi sungai karena aliran sungai yang deras dan kondisinya yang berbatu-batu, maka sebagian dari mereka menambatkan perahunya di pinnggir sungai, adapula yang membongkar perahunya dan kerangkanya dibawa kepegunungan dan dipasang kembali sebagai tempat tinggal.

Dalam sejarah Toraja terkenal mithos Toraja tentang adanya perkampungan mereka yang perrtama yang sampai sekarang dikenal dengan nama Bamba Puang ( bamba=pusat=pangkalan, puang=yang empunya).

Bamba Puang sampai sekarang masih dikenal sebagai suatu tempat atau daerah dibahagian selatan sekali dari daerah Tana Toraja yang masuk dalam  Daerah Kabupaten Enrekang.

Karrume Sebagai Teka Teki Dalam Sastra Toraja

Karrume Sebagai Salah Satu Kekayaan Sastra Toraja


Karrume adalah salah satu jenis sastra Toraja yang berfungsi sebagai pengasah otak. Dalam Bahasa Toraja karrume sama dengan teka teki dalam Bahasa Indonesia. Biasanya dimainkan oleh dua orang yang saling bermain tebak-tebakan. Karrume terdiri dari dua potong kalimat pernyataan dan mengharapkan jawaban atau terkaan dari pihak kedua.

Beberapa contoh karrume antara lain :

  1. Di dippu' namanaran, disaile na masia'/ ma rira = Talinga (telinga);
  2. Dilese-lese lolokna, ditingara garonto'na = Mata allo (matahari);
  3. Metamba-tamba laboko = kaduaya (gagak);
  4. Batu te kitombon-tombon, sule ki gora-gorai = manuk mentaalo'(ayam bertelur)
  5. Sanik asu da Sa'dan, pura deata nadosa = dadu;
  6. Bubu'bubu'na nene'ki, nalimbui paku-paku = mata;
  7. Kayu rini' kayu rinni', kayu naondoi seba = buliak;
  8. Suke'-suke' pada dua = illong;
  9. Pekali matata' tangnga = siku (sikut);
  10. Tokia'tang sorong boko' = bi'ti' (betis);
  11. Sere dodona nene'ki tangdipura dibusukki = lumu'/ karra-karra;
  12. Banua'nua'na nene'ki saratu' pentirona = buria' manuk;
  13. Dolokan dadi na indo'ki = anak papa;
  14. Mane dadikan kisompomo indo'ki = anak manuk;
  15. Kalo'bong katiro-tiro, ditossok pekali dua' = sengo' papa;
  16. Dolo pi'pik undi pi'pik, tangngana kasoe-soe = tedong sumalong;
  17. Pantu'tukan kesok-kesok, balida pesasa' riu = kamoro tedong;
  18. Sangeran ditoke' toyang, mema'tikan elo' = Pao;
  19. Kaluntiong garonto'na, bulaan loti'loti'na = pare;
  20. Diong karangan sisemba', batu' batu' sila'pakan = ba'te dalle;
  21. Tau-tau diong tampo, sanda nasang pekalette' = lattiana'/ litti';
  22. Suke sembang rundu' kalo' = suso tata';
  23. Doko'-doko' rundu' kalo', sipassan tengko bulaan = bungkang;
  24. Urannallo tuo langngan, napomaramba tolino = ra'rari;
  25. Toena' toena' kunukkun = petimba;
  26. Toena' toena' kualangko = pesumpa';
  27. Ditokeran paningoan anna lamate mentuyo = bele dipekan;
  28. Dipatuka' dipasolo', tisasu sasu bollona = polopen;
  29. Tomate dibalun ke'de', dia'ga a'ga balunna = panikuan;
  30. Mane tuka' tomamulle, natibungka' moliang = tokumande;
  31. Tobukku' sikalola = Sungkalla';
  32. Batu'-batu' salle sissik = buah naga;
  33. To siruran dao langi', tangsipeta'dan uai = kelapa;
  34. Lette'-lette' telette' ki, memongan buntu nateba' = pededek gandang;
  35. Alai barra'mu, lakukande kapipeku = taliki;
  36. Tesse lampa, dipori uai = ba'ta';
  37. Tampak tanetemu norron = boto' (kentut);
  38. Sikarrume rume tokko' si kabinting buto balao = 

Thursday, September 7, 2017

Lahirnya Tingkatan Kasta Dan Peranannya Dalam Kehidupan Masyarakat Adat Toraja

Susunan Kasta Dalam Masyarkat Toraja


Sejak dahulu kala dalam kehidupan masyarakat Toraja mengenal tingkatan kasta yang dinamakan Tana' sama seperti suku-suku lain di Indonesia. Lahirnya sendi-sendi kehidupan dan aturan dalam Aluk Todolo sangat dipengaruhi oleh tingkatan kasta tersebut (Tana').

Tana' dikenal dalam empat susunan masing-masing :

  1. Tana' Bulaan (Kasta Bangsawan Tertinggi);
  2. Tana'  Bassi (Kasta Bangsawan Menengah);
  3. Tana' Karurung (Kasta Rakyat Merdeka);
  4. Tana' Kua-Kua (Kasta Hamba Sahaya).
Adanya Tana' ini berkaitan dengan tugas dan kewajiban manusia dalam mengamalkan Aluk Todolo, makanya mengikuti kelahiran manusia sesuai dengan ajaran Sukaran Aluk, yang menurut mithos kelahiran manusia itu ada empat proses yang ditempuh oleh Puang Matua dalam terciptanya Nenek Manusia yang dikatakan sebagai berikut :
  1. Kelahiran yang pertama ialah kelahiran atau diciptakannya Puang Matua Datu Laukku' melalui Sauan Sibarrung;
  2. Kelahiran kedua ialah kelahiran Puang Adang dari perkawinan Banggai Rante dan Tallo' Mangka Kalena atas suruhan Puang Matua;
  3. Kelahiran yang ketiga ialah diciptakannya Puang Matua Pande Pong Kambuno Langi' melalui pula Sauan Sibarrung;
  4. Kelahiran yang keempat ialah diciptakannya Patto Kalembang oleh Puang Matua sebagai nenek manusia yang terakhir diatas langit.
Keempat Nenek Manusia yang pertama tersebut di atas masing-masing diberi tugas dan kewajiban akan menempati bumi ini dengan kewajiban dan tanggung jawab memuliakan Puang Matua masing-masing, yaitu :
  1. Datu La Ukku' menerima Sukaran Aluk (Agama dan Aturan hidup);
  2. Puang Adang menerima Maluangan Ba'tang (kepemimpinan dan kecerdasan);
  3. Pande Pongkambuno Langi' menerima Pande (keakhlian seperti tukang-tukang, ahli perang, ketangkasasan, dll)
  4. Patto Kalembang menerima Matutu Inaa (pengabdi).
Dengan adanya keempat tugas dan kewajiban ini merupakan dasar dan permulaan terbinanya tata cara dan adat dalam hubungan manusia-manusia dan merupakan kebudayaan turun temurun maka sampai sekarang ini kesemua tugas dan kewajiban itu merupakan pangkal adat yang dikenal dengan adanya Ada' A'pa' Sulapa' yang dikenal juga dengan Ada' A'pa' Oto'na yaitu adat yang tebagi dalam empat golongan dan susunan.


sumber : "Toraja Dan Budayanya", L.T. Tandilintin

Friday, August 11, 2017

JANGAN LEWATKAN RITUAL ADAT MA NENE BULAN AGUSTUS SAMPAI SEPTEMBER



Jangan lewatkan serunya ritual adat MA' NENE' yang akan diselenggarakan mulai bulan Agustus sampai September 2017 di daerah Kab. Toraja Utara. Berikut adalah jadwal ritual ma'nene' yang dihimpun torajaeksotis dari berbagai sumber :

  1. Baruppu' Toraja Utara (16-31 Agustus 2017)
  2. Objek Wisata Lo'ko' Mata, Tonga' Riu, Sesean Suloara' (11-16 September 2017)

Ma'nene' merupakan salah satu ritual membersihkan mayat yang telah dikubur setelah sekian lama. Didalam ritual ini mayat yang telah dikubur dikeluarkan  dari dalam kuburan yang biasa disebut Patane atau Liang.

Selama ini dalam pikiran masyarakat bahwa ma' nene' adalah ritual menjalankan mayat itu salah besar. Sebelum mengeluarkan mayat dari dalam patane dilakukan berbagai macam ritual yang sangat kental dengan Aluk Todolo.(torajaeksotis)


Struktur Pemerintahan Palodang Semasa Puang Laso' Rinding Sebagai Puang Sangalla


Bate Manurun

Puang Laso' Rinding semasa pemerintahannya menata suatu struktur pemerintahan. Dalam menjalankan pemerintahannya dibantu oleh satu dewan adat yang terdiri dari empat orang yang masing-masing diserahi tugas dengan gelar sebagai berikut :

  1. Tanduk Tata' : Sebagai ketua dewan adat dan diserahi urusan pemerintahan dan urusan kehakiman
  2. Pangngala' Tamban : Anggota dewan urusan perekonomian dan perbekalan
  3. Pa'paliumbangan : Anggota dewan urusan bidang keagamaan
  4. Londong Kila' : Anggota dewan urusan pertahanan dan keamanan.
Seluruh daerah Kapuangan Sangalla' terbagi dalam 24 wilayah khusus urusan pertahanan (Sereala' Penanianna atau 24 daerah pertahanan). Maka dibawah pimpinan Londong Kila' ini terdapat 4 orang pimpinan angkatan perang yang disebut Limbu A'pa'na yang masing-masing bergelar Bulean Ma'sa'bu, Palasa Makati', Rinding Daun Induk, dan Guali Bassi.

Dibawah dewan adat yang bergelar Tongkonan A'pa' terdapat dewan-dewan daerah yang mengurusi dan brtanggungjawab terhadap daerah masing-masing secara kedalam. Dewan daerah ini dipimpin oleh seorang yang bergelar To Bara' atau Ampu Lembang (Kepala Lembang/Desa). Ampu Lembang ini dibantu oleh suatu Dewan Lembang yang disebut To Parengnge' (Penanggungjawab), yang masing-masing bertanggungjawab terhadap urusan tertentu misalnya, To Parengnge' Bunga' Lalan : Urusan pertanian yang mengurusi pertanian merangkap urusan keagamaan (aluk).

Dibawah dewan daerah/lembang terdapat suatu lembaga yang disebut Kombongan Kalua' merupakan musyawarah rakyat banyak, yang mana keputusan yang diambil dalam kombongan kalua' akan disalurkan ke atas sampai pimpinan tertinggi atau diberlakukan dalam daerahnya.

Puang Laso' Rinding yang dibantu oleh dewan adat dalam menjalankan roda pemerintahan dan memimpin rakyatnya berpegang teguh pada semangat persatuan dan kesatuan berdasarkan musyawarah dan mufakat sesuai dengan semboyan masyarakat yang terungkap dalam suatu slogan :
Kada Misa'na To Lepongan Bulan, Tengko Situru'na To Di Pamatari' Allo (Keputusan masyarakat harus dilaksanakan bersatu padu dengan satu kata dalam menjalankan pemerintahan selalu memperhatikan keinginan masyarakat banyak yang diputuskan melalui rapat bersama bersama kombongan kalua').
Beliau terkenal sebagai pelindung masyarakat kecil dan mengutamakan kepentingan orang banyak. Hidupnya sangat sederhana, ramah terhadap  semua lapisan masyarakat, tidak bertindak sewenang-wenang terhadap bawahan maupun rakyatnya.

Dikutip dari : Massora,Damsurya."Upacara Rambu Solo' Puang Lai' Tinggi".2003.