Tuesday, November 28, 2017

Sejarah Singkat Kecamatan Mengkendek Sebelum Pemerintahan Belanda

Tags


Jauh sebelum terbentuknya distrik Mengkendek terdapat beberapa nama yang dipakai sebagai (yang menunjukkan) kesatuan daerah ini. Pada waktu itu nama Mengkendek belum mencakup seluruh daerah yang kita kenal sekarang ini sebagai kecamatan Mengkendek. Yang lazim dinamai Mengkendek pada waktu itu ialah Kampung Tengan, sebuah kampung di kaki gunung Kandora tempat istana Puang Tamborolangi'. Istana itu dikenal dengan nama " Banua Ditoke' ". Menurut cerita (mitos) disanalah Puang Tamborolangi' mebanua ditoke' tondok dianginni.

Latar belakang nama Mengkendek itu terdapat bermacam-macam pendapat. Ada yang mengatakan tempat itu dinamai Mengkendek yang berarti " naik " karena istana tersebut berada diatas tempat yang tinggi. Ketika Puang Tamborolangi' mengundang pemuka-pemuka masyarakat bermusyawarah guna pembentukan daerah, menyusun peraturan-peraturan para undangan itu harus " kendek " kehalaman istana yang terletak di tempat yang tinggi.

Adapula yang mengatakan bahwa pada mulanya ketika dibentuk daerah Tallu Lembangna lingkungan Basse Adinna yang resmi hanya terdiri dari delapan lingkungan yang disebut Karua Penanian. Itulah sebabnya kekuatan mereka hanya mampu menggerakkan Batunna Boyo. Tetapi kemudian ternyata Basse Adinna itu sudah menjadi lingkungan adat dengan bertambahnya 4 lingkungan adat sehingga disebut 12 penanian.

Kira-kira abad XVI atas prakarsa Puang Bullu Matua dibentuklah "Tallu Lembangna". Ukuran yang dipakai dalam pembentukan mengusung sebuah batu. Perkerjaan itu dinamai : "Umpaliling Batunna Boyo". Batunna Boyo adalah sebuah batu yang kini masih ada di kampung Tinoring, kurang lebih 1 km dari jalan raya km 7 jurusan Makassar. Barangsiapa yang mampu mengusung Batu Boyo tersebut ketempat yang lebih jauh itulah yang digelari kakak atau yang lebih tua.

Kekuatan yang paling menonjol dalam pekerjaan ini adalah Makale, mereka umpaliling batu sejauh kira-kira 3 km, sehingga Makale dinamai Basse Kakanna. Menyusul Sangalla yang berhasil umpaliling batu sejauh kira-kira 1 km, maka Sangalla digelari Basse Tangngana. Sedangkan Mengkendek hanya menggeser batu ini sekita 600 meter itulah sebabnya diberi gelar Basse Adinna.

Nama lain yang diberikan kepada Mengekendek adalah Sangpulo Dua Penanian, yang artinya dua belas lingkungan adat, yaitu:

  1. Tengan dengan gelar To bendan buangin to te'dek paloloan tiranduk pa'bala'baran yang artinya pembantu utama kalindo bulanan dan mengetuai musyawarah-musyawarah.
  2. Palipu dengan gelar To dipoulunna padang di Mengkendek ti dipogaropokna Basse Adinna artinya Ujung Utara dari Basse Adinna.
  3. Marinding dengan gelar To titanan tampo kapua rinding daun  indukna balusu dirapa' yang artinya tempat pertahanan.
  4. Tinoring dengan gelar To dipolisunna umbu' todipatangana umburak artinya tempat ditengah-tengah Basse Adinna.
  5. Balla dengan gelar Tanduk tata'na kalindo bulanan pampang tangke tarasunna kabarrean allo yang artinya pimpinan perang.
  6. Tangti dengan gelar to umpamatua induk sukaran aluk umpabanu' karurungan penanda bisara artinya pemuka agama.
  7. Baturondon dengan gelar Todisulu' tedong to pangkung karambau artinya wilayah basse kakanna dimasukkan kedalam wilayah basse adinna.
  8. Pangrorean dengan gelar To lumbang baka direngnge' lukkun sepu' disariri yang artinya sumber makanan kedukaan bila ada pemangku Basse Adinna yang wafat.
  9. Sillanan dengan gelar To sikampa palungan bulaan sisaladan sampin to matango na tedong langdadan.
  10. Mebali dengan gelar Mata mandarra na kalindo bulanan talinga ma'perangnginna Basse Adinna artinya melihat dan mendengar serta melaporkan kejadian.
  11. Tampo dengan gelar Passarean pongkena Tallu Lembangna padang pendurukan tedong massa'bunna Basse Adinna yang artinya daerah pertanian dan peternakan yang subur di lingkungan Tallu Lembangna.
  12. Gandangbatu dengan gelar Padang bintoen, lembang asi asian  to dipasikampa susukna arra' sikambi' katonan padang artinya daerah bebas penjaga keamanan perbatasan Tana Toraja.
Pada permulaan tahun 1907 setelah perang di Alla' selesai, Pemerintah Belanda mulai menyusun penjajahannya di Tana Toraja dengan membentuk 2 Onderafdeeling yaitu Makale dan Rantepao. Kemudian pada tahun 1925 kedua Onderafdeeling ini disatukan dengan nama Onderafdeeling Makale Rantepao. Dalam Onderafdeeling Makale dibentuk 14 distrik salah satu diantaranya adalah Disttrik Mengkendek yang diperintah oleh seorang kepala distrik dengan gelaran Puang Mengkendek.

Itulah permulaan nama Mengkendek meliputi seluruh daerah yang dikenal dahulu dengan nama "Sangpulo Dua Penanianna". Bersamaan dengan itu dibentuk 38 kampung dalam distrik Mengkendek.

Setelah penyerahan kedaulatan kepada Republik Indonesia maka oleh Pemerintah Darurat Makale Rantepao yang pro Negara Kesatuan Republik Indonesia 32 Distrik di Makale Rantepao disusutkan menjadi 15 distrik. Pada tahun 1962 terjadilah pembentukan Kecamatan. Dalam pembentukan ini distrik Mengkendek dengan ditambah 3 buah kampung dari distrik Sangalla' yaitu Simbuang, Tando-Tando, dan Uluway menjadi gabung ke Kecamatan Mengkendek sekarang ini.
Di Basse Adinna  ada beberapa Basse yang dikenal baik basse antara wilayah Basse Adinna maupun luar Basse Adinna karena sudah sejak lama wilayah ini mengadakan hubungan dengan daerah-daerah luar seperti Basse Sangbanua, Basse Sangrapu, Basse Sangpenanian, Basse Sangbua', Basse Sanglembang, Basse Sanglepongan Bulan (Basse dalam wilayah Basse Adinna) sedangkan Basse dengan wilayah diluar Basse Adinna antara lain Basse Panannangan di Gandangbatu dengan orang di Solo (Sangalla'), Basse na To Majao dengan orang-orang Buntu Batu (Baraka), Bassena Tangko dari Gandangbatu dengan orang-orang di Malua, Bassena Matindoi Pinjan dan Matindoi Leon yaitu antara Pong Sariwan di Sillanan dengan Puang Buntu Batu di Malua', Basse Sang sorongan Pindan antara Puang di Tallu Lembangna dengan datu luwu, arung bone dan puang puang di Tallu Batupapan di To' Bolo', Bassena Bara'padang dengan Arung Tampo di Manggugu' (Anggeraja).

Beberapa peniggalan bersejarah di Mengekendek antara lain :
  1. Tengan : - Sebuah batu di Potok Tengan yang dianggap mayat Tandi Abeng yang dibawa oleh anaknya dari Luwu yang bernama Daeng Mallomo. Daeng Mallomo adalah seorang anak Sawerigading.- Sebuah batu yang dianggap sebagai salah satu papan dari istana Puang Tamborolangi yang dikenal dalam sejarah sebagai "Banua Ditoke'".- Benteng-benteng batu zaman dahulu sebagai kubu pertahanan di perkampungan tua Tengan (Kandora).
  2. Marinding : Dikampung inilah terletak Banua Puan, tongkonan Tandilino. Ditempat itu tidak ada lagi bekas rumah tersebut. Yang masih ada hanya sebuah sumur.
  3. Tinoring : - Batunna Boyo ukuran untuk menetapkan gelaran Lembang-Lembang dalam Tallu Lembangna.
  4. Randanan : Sebuah peti yang dinamai Pattinna Pong Dian, La'lang Manik sebuah tudung dari manik-manik yang disulam. Kedua benda ini sebagai tanda bukti persahabatan antara orang Toraja dengan orang Bone.(Kaduaja) terdapat benteng pertahanan para pejuang Alla' melawan Belanda.
  5. Uluway : Ongkona Bone yaitu tempat yang mengandung mineral emas yang digali pertama kali oleh tentara kerajaan Bone. Mereka menggali lobang sehingga lobang itu runtuh dan menimbun orang didalamnya dan hanya seorang yang lolos dalam peristiwa itu. Orang tersebutlah yang pulang menceritakan kejadian itu sehingga tempat itu di berinama "Ongkona Bone".

Sumber : Dokumentasi Seminar Parawisata Se-Kabupaten Tana Toraja Tanggal 26 sd/ 31 1973 (Dikutip Sesuai Aslinya)

Artikel Terkait


EmoticonEmoticon