Wednesday, December 20, 2017

Perbedaan Adat Istiadat Dalam Wilayah Adat Kecamatan Rinding Allo Seperti Ma Nene

Tags

Ma' Nene'

Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa wilayah Kecamatan Rinding Allo terdapat dua macam adat yang sangat berbeda satu sama lain, yaitu :

  1. Lembang Piongan , Dende, Kurra, Awan, dan Baruppu satu adat dan tutur bahasanya sebagai warisan dan peninggalan dari moyang mereka yang bernama Pairi' ( Tangdililing ) yang membawa adat dari Marinding ( Banua Puan ) ke arah Barat Matari' Allo Umpopollo Lambun Ungkabasse Awan Umpoulu Baruppu Umpopani' Bittuang Unnala Sangpolo Seko. Kecuali di Dende'  dan Piongan maka pesta tertinggi di wilayah ini pada rambu solo ialah "Dipalimang Bongi". Di upacara kedukaan ini orang ramai ma'dondi' ma'badong, ma'randing, dll. Yang paling menonjol adatnya disini adalah Baruppu' dalam soal kematian suami/istri selama simati diupacarakan janda/duda disatukan tempatnya dengan mayat dan janda/duda tidak berpakaian dn rambut terurai dalam memeluk mayat sambil makan dan minum makanan dan buah-buahan yang tidak dimasak. Sepeninggal suami/istri, janda/duda harus menyendiri dengan pakaian hitam, tidak boleh menghadiri upacara adatt rambu tuka', selalu duduk menghadap kebarat (matampu') rambut tidak boleh disisir, tidak boleh meminta sirih dan dimintai sirih dari dan siapa pun juga. Keadaan balunya selesai bila suami/istrinya telah dipa'nene'i' dan melakukan upacara/dipalakuan tua' dimana ia memotong kerbau/babi di dekat kubur  (ma'doya) dan mayat diangkat keluar lalu dibalut sekali lagi, tidur disampingnya satu malam keesokan harinya dilakukanlah upacara sipassakke artinya perceraian dipimpin oleh satu atau beberapa to minaa. Sesudah upacara dilakukan maka kapa' menurut anggapan mereka hanyalah perempuan. Kalau istri yang meninggal maka duda harus menyerahkan kapa' demikian sebaliknya. Selesai upacara janda/duda menyelipkan kedalam lapisan pembungkus mayat sebuah pinang atau kalosi kalebu dan bolu kalebu (sangbatang) disertai tembakau (sambako) sanglu'pi' sebagai tanda kasih dan perpisahan abadi kemudian janda/duda berbalik kebelakang terus berangkat menuju ke rumahnya dengan syarat syarat tidak boleh menoleh kembali tidak boleh singgah singgah dan setelah sampai ditangga rumah pakaian hitamnya ditanggalkan dan diganti pakaian biasa lalu naik kerumah. Selesailah adat balunya dan boleh kawin dengan siapa saja yang disukainya. Ma'nene' merupakan upacara netral bukan rambu solo' bukan pula rambu tuka' melainkan sebuah jembatan penghubung rambu solo' dan rambu tuka' atau dengan kata lain ma'nene' bubungna rambu solo' dan parandanganna rambu tuka'. Pada setiap tahun selesai ma'nene' maka pesta-pesta rambu tuka' dilakukan dimana mana seperti mangrara banua, ma'bugi', massura' tallang, merok dan ma'bua'. Pelaksanaan dan pantangan hampir ssama dengan tempat lain hanya saja dalam pesta ma'bua' disini sebagai pesta tertinggi hanya satu ekor kerbau yang dipotong. Inilah yang disebut umpotekken tedong sangbua bannang ia napokko nasurak.
  2. Lembang Kapala Pitu, Pangngala', Sarambu, Ta'ba' dan Sapan satu macam adatnya sebagai warisan dari Pabane' yang membawa adat sebagai pusakanya dari Marinding (Banua Puan) unnola lando sarira rampo lan padang di Kesu' Bangkudu tungkasanganna. adat ini dibawa oleh Pata' Langi' ke Tikala kemudian dibagi menjadi dua pula yaitu :
    • Yang tinggal di Tikala disebut Aluk Tallung Tampang.
    • Yang pergi ke Riu disebut To Tallung Penanian atau Tallung Kadong Padang masing masing dibawa oleh : To Langi' disebelah Timur umpopollo' Pongsake umpoulu Sapan; Allopaa ditengah umpopollo' Tora' umpoulu Eran Batu (Sarambu); Paluang disebelah Barat umpopollo' Sereale umpoulu Lalikan (Pangala'). Dalam kelima Lembang tersebut ditas adatnya hanya satu dan cara cara berpestanya pun hanya satu baik rambu tuka' maupun rambu solo'. Upacara rambusolo' didalam lembang lembang ini sama semua dari yang rendah sampai yang tinggi. Untuk memeriahkan upacara maka orang laki laki atau perempuan ma'badong, ma'dondi', ma'randing, dll. Janda/duda tidak disatukan dengan mayat walaupun tidak diberi makan nasi makanan yang sudah dipanasi api selama tujuh hari, tiga hari dan seterusnya bagi upacara kecil dan bila mayat diusung kekubur maka janda/duda harus kembali ditengah jalan sesudah menyelipkan pinang /sirih (kalebu) dan embakau kedalam lapisan pembalut mayat berupa tanda kasih dan perpisahan abadi, sementara mayat dilanjutkan kekubur maka janda/duda berbalik kerumah dengan tidak boleh menoleh kearah mayat sampai lenyap dari pandangan atau sudah sampai di rumah. Setelah mayat dikuburkan maka janda /duda tetap berpakaian hitam walaupun sudah makan nasi tetap pantang pergi ke tempat tempat upacara rambu tuka' serta pantang sekali bagi laki laki/perempuan lain tidur dengannya. Masa balunya dianggap selesai apabila jandad/duda telah untimba sakke malino yaitu dikawinkan dengan sesamanya duda/janda dengan suatu upacara yang mirip sekali dengan pelaksanaan dalam pengantin baru. Pada dasarnya mereka kawin untuk semalam kemmudian berpisah jika mereka tidak saling menyukai dan bila suka perkawinan dilanjutkan. Dalam upacara ini sang duda diantar kerumah janda dan disana diadakan pesta perkawinan dengan dihadiri tua tua adat dan Tominaa. Selesai makan bersama dimana janda dan duda disediakan tempat makan satu untuk dua orang dan tidur berdua maka Tominaa mememintakan berkat dan keselamatan yang disebut "umpalolong kada minnak" menjelang waktu mau tidur. Keesokan harinya bila mereka suka maka mereka dinyatakan dengan resmi sebagai suami istri dan bila tidak maka perceraian diadakan dan masing masing kembali kerumahnya sebagai orang yang telah bersih dan selanjutnya boleh kawin dengan siapa saja. Pesta ma'nene' dalam lembang lembang ini hanya dilakukan kira kira sepuluh atau dua belas tahun sekali. Sebagai disebutkan diatas tadi bahwa pesta ma'nene' juga dianggap bukan rambu solo dan bukan rambu tuka' walaupun kuburan kuburan pada dibuka (dibersihkan) dan sirih pinang diantar kesana. Ma'nene' dianggap sebagai papana rambu solo' dan  parandanganna rambu tuka' oleh sebab itu maka semua makanan untuk dewata disini boleh dibawa kekubur seperti belundak, piong, nasi ketan hitam, dan babi dikollong seperti to ma'papa. Selesai ma'nene' pesta pesta rambu tuka' dilakukan seperti mangrara banua, kapuran pangngan, sumembang ongan remmesan para, surasan tallang, bate manurun, tokonan tedong dan tananan bua' sebagai pesta rampe matallo tertinggi. Pada pesta maro (sapean tabang), tokonan tedong dan ma'bua' (tananan bua') dibuatkan keramaian seperti ma'dandan, manimbong, manganda' dan lain lain acara Toburake baik laki laki maupun perempuan. Sebuah acara dalam tananan bua' yang mungkin tidak ada taranyna dibumi ini ialah mamulle dimana kaum ibu bergantian naik kebullean lalu diusung oleh kaumnya atau laki laki dan dibawa berkeliling dalam suatu lapangan yang disebut kala'paran, sebagai penghormatan tehadap kaum ibu. Dalam acara ini kaum ibu diusung berturut turut dari yang pertama atau yang dihormati (yang memegang peranan dalam pesta ma'bua') tumbang,  banaa, pangria bannang dan terakhir orang banyak. Disinilah orang melihat siapa familinyayang terdekat dan paling akrab. Pokok dari acara ini adalah untuk mengenal dan memperbaharui hubungan kekeluargaan yang mungkin sudah tidak dikenal lagi. Rambu solo' disebut aluk sipiak tallang sangka' sisese arrusan atau alukna rampe matallo dan alukna rampe matampu'. Inilah pokok acara acara rambu tuka' sebanyak tujuh macam itu juga rambu solo' sebanyak tujuh macam yaitu :
    1. To Ditanan
    2. To Disilli'
    3. To Disangngalloi
    4. To Dirondon
    5. To Dibatang
    6. To Dipuli Mesa' (barata kendek)
    7. To Dipuli Da'dua (sapurandanan)


Artikel Terkait


EmoticonEmoticon